Makalah Kedisiplinan Manajemen SDM
KEDISIPLINAN
SUMBER DAYA MANUSIA
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia Pada Jurusan Tarbiyah Prodi Manajemen Pendidikan Islam
Kelompok 7 Semester 6
Oleh Kelompok 8
KISMA LESTARI
02143182
KARMILA
02143185
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) WATAMPONE
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini. Tak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Di dalam makalah ini kami menyajikan
judul mengenai”Kedisiplinan Sumber Daya Manusia” . Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat
ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang
akan datang.
Watampone, 30 Maret 2017
Tim Penyusun Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah 1
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan
Penulisan 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kedisiplinan Sumber Daya Manusia dan Bentuk Disiplin
kerja 3
2.
Tujuan, Manfaat, dan Pendekatan Disiplin Kerja 8
3.
Pentingnya dan Indikator Kedisiplinan 11
4.
Langkah-Langkah dalam Peningkatkan Disiplin Kerja 19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manajemen
berasal dari kata to image, yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan
mengelola. Hubungan-hubungan tersebut menimbulkan kerja sama kemudian
melahirkan berbagai bentuk organisasi.
Organisasi merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari berbagai
individu yang memiliki berbagai macam tingkah laku, harapan, motivasi dan
pandangan yang berbeda dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama. Agar tujuan dapat tercapai maka diperlukan alat yang dapat
mengkoordinasi perilaku dan tindakan tersebut.
Dan alat untuk mengatur dan mengelolah itu adalah manajemen. Dalam suatu
organisasi tidak bisa berjalan dengan baik jika sumber daya manusia tidak ada.
Dalam suatu organisaasi sumber daya manusia sangat diperlukan demi tercapainya
tujuan yang ditetapkan organisasi.
Manajemen
sumber daya manusia merupakan ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efesisen membantu terwujudnya tujuan organisasi.
Manajemen yang mengatur unsur manusia sering disebut manajemen kepegawaian atau
personalia yang ditetapkan pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Organisasi akan lebih efektif dan efesien jika pegawai memiliki
tingkah laku disiplin yang baik, baik dari segi waktu, pekerjaan dan sebagainya.
Dalam
kehidupan sehari-hari masih banyak manusia yang lalai akan tugas dan
kewajibannya sehingga tujuan organisasi tidak berjalan secara efektif dan
efesien pada waktu yang telah ditentukan suatu oragnisasi. Maka dari itu
pemakalah membahas materi Kedisiplinan Sumber Daya Manusia untuk melihat sejauh
mana tingkat kedisiplinan manusai dalam bekerja dan di beri tanggung jawab
serta dalam memanfaatkan waktu yang telah diberikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Kedisiplinan Sumber Daya Manusia dan
Bentuk Disiplin kerja
2.
Bagaimana Tujuan, Manfaat, dan Pendekatan Disiplin Kerja
3.
Bagaimana Pentingnya dan Indikator Kedisiplinan
4.
Bagaimana Langkah-Langkah dalam Peningkatkan Disiplin
Kerja
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk Mengetahui Kedisiplinan Sumber Daya Manusia dan
Bentuk Disiplin kerja
2.
Untuk Mengetahui Tujuan, Manfaat, dan Pendekatan
Disiplin Kerja
3.
Untuk Mengetahui Pentingnya dan Indikator Kedisiplinan
4.
Untuk Mengetahui Langkah-Langkah dalam Peningkatkan
Disiplin Kerja
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Kedisiplinan dan Bentuk Disiplin Kerja
a.
Pengertian
Kedisiplinan
Disiplin
berasal dari kata “disciple” yang
artinya pengikut atau penganut. Pada kenyataan banyak peraturan organisasi yang
harus ditaati apabila seorang karyawan selalu datang dan pulang tepat pada
waktunya, berarti salah satu kedisiplinan yang tinggi tidak bisa dilihat hanya
dari salah satu faktor saja. Kedisiplinan dapat ditegakkan apabila sebagian
dari peraturan-peraturan ditaati oleh sebagian besar karyawan.
Disiplin
yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja dan terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Pengertian disiplin menurut para ahli sebagai
berikut:
Berikut
ini disiplin menurut Prof. Dr. Sondang p. Siagian, MPA mengemukakan bahwa :“Disiplin
adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,
sikap dan perilaku karyawan, sehingga para karyawan tersebut secara sukarela
berusaha bekerja secara kooperatif
dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi”[1]
Disiplin
menurut Mangkunegara dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia “Disiplin adalah sebagai pelaksanaan manajemen
untuk memperoleh pedoman-pedoman organisasi”[2]
Sedangkan
disiplin menurut Malayu S.P Hasibuan menyatakan bahwa: “Disiplin adalah kesadarandan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma soaial
yang berlaku”[3]
Kedisiplinan
adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk
mengukur/mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan bahwa
fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya
jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM
pada perusahaan kurang baik.[4]
Disiplin
pegawai dalam manajemen sumber daya manusia berangkat dari pandangan tidak ada
manusia yang sempurna, luout dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu
setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh
para anggotanya, standar yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan tindakan
manjemen untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai
ketentuan tersebut dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu
bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan
perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha
bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan
prestasi kerjanya.
b.
Bentuk-Bentuk
Disiplin kerja
Ada
dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu yang bersifat preventif dan yang
bersifat korektif.
1)
Pendisiplinan
Preventif
Pendisiplinan
yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat
kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap,
tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan
pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
Keberhasilan
penerapan pendisiplinan preventif terletak pada disiplin peribadi para anggota
organisasi. Akan tetapi agar disiplin pribadi tersebut semakin kokoh, paling
sedikit, tigal hal perlu mendapat perhatian manajemen. Pertama: Para anggota
organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena
secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu yang merupakan miliknya.
Berarti perlu ditanamkan perasaan kuat bahwa keberadaan mereka adalah “anggota
keluarga besar” organisasi yang bersangkutan. Kedua: Para karyawan perlu diberi
penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus
dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogianya disertai oleh informasi lengkap
mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang bersifat normatif tersebut.
Ketiga: Para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri
dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota
organisasi.
2)
Pendisiplinan
Korektif
Jika
ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah
ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu
sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan
sanksi biasa mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan
sanksi diprakarsai oleh atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan
kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut
diambil oleh pejabat pimpinan yang memang berwenang untuk itu. Prosedur
tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa pengenaan sanksi dilakukan
secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang
telah dilakukan. Di samping faktor objektivitas dan kesesuaian bobot hukuman dengan
pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar
terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan masa lalu. Pengenaan
sanksi pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain
melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa
manajemen harus mampu menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif
dan tidak hanya sekedar merupakan pertanyaan di atas kertas.
Agar
berbagai tujuan pendisiplinan seperti yang telah disinggung di atas tercapai,
pendisiplinan harus diterapkan secara bertahap. Yang dimaksud secara bertahap
adalah dengan mengambil berbagai langkah yang bersifat pendisiplinan, mulai
dari yang paling ringan hingga kepada yang terberat. Misalnya dengan:
1)
Peringatan lisan
oleh penyelia
2)
Pernyataan
tertulis ketidakpuasan oleh atasan langsung
3)
Penundaan
kenaikan gaji berkala
4)
Penundaan
kenaikan pangkat
5)
Pembebasan dari
jabatab
6)
Pemberhentian
sementara
7)
Pemberhentian
atas permintaan sendiri
8)
Pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri, dan
9)
Pemberhentian
dengan tidak hormat
Pengenaan
Sanksi korektif diterapkan dengan memperhatikan paling sedikit tiga hal.
Pertama, karyawa yang dikenakan sanksi harus diberitahu pelanggaran atau
kesalahan apa yang telah diperbuatnya. Kedua, kepada yang bersangkutan diberi
kesempatan membelah diri. Ketiga, dalam hal pengenaan sanksi terberat, yaitu
pemberhentian, perlu dilakukan “wawancara keluar”pada waktu mana dijelaskan,
antara lain, mengapa manajemen terpaksa mengambil tindakan sekeras itu. Dengan
wawancara seperti itu, karyawan diharapkan memahami, meskipun barangkali tetap
tidak dapat menerima, tindakan manajemen terhadapnya. Di samping itu karyawan
tersebut meninggalkan organisasi dengan perasaan antipati sekecil mungkin
terhadap organisasi.[5]
2.
Tujuan, Manfaat dan Pendektan Disiplin Kerja
a.
Tujuan Disiplin
Kerja
Disiplin
kerja pada pengawas sangat dibutuhkan karena apa yang menjadi tujuan perusahaan
akan sukar dicapai apabila tidak ada disiplin kerja. Menurut Dr. Wirawan, tujuan
disiplin kerja, yaitu:
1)
Memotivasi
karyawan untuk memenuhi standar kinerja perusahaan pegawai mendapatkan
pendisiplinan dan organisasi setelah gagal memenuhi kewajibannya
2)
Mempertahankan
hubungan saling menghormati antara bawahan dengan atasannya atau sebaliknya.
Pegawai sering melaksanakan tugasnya dengan buruk dan melanggar peraturan
dengan sengaja, misalnya pegawai tidak mau mematuhi apa yang disarankan atasan,
mengkritik dan mengeluh, sikap perilaku itu harus dikoreksi agar tidak terjadi
konflik interpersonal
3)
Meningkatkan
kinerja karyawan. Pendisiplinan wajib dilakukan bagi pegawai berkinerja rendah
yang bukan disebabkan oleh faktor non muslim. Jika rendahnya kinerja disebabkan
oleh faktor manusia pendisiplinan dilakukan secara berencana untuk memperbaiki perilaku
kerja dan sifat pribadi yang ada hubungannya dengan pekerjaan akan meningkatkan
hasil kerjanya.
4)
Meningkatkan
moril, semangat kerja, etos kerja secara efektivitas dan efesiensi kerja.
Program pendisiplinan yang dirancang khusus akan meningkatkan perilaku kinerja
pegawai tersebut.
5)
Meningkatkan
kedamaian industrial dan kekeluargaan organisasi. Pegawai hanya dapat bekerja
dengan baik jika bekerja dalam iklim kerjasama, dan saling menghormati.[6]
b.
Manfaat Disiplin
Kerja
Disiplin
menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri pegawai terhadap
peraturan dan ketetapan instansi. Menurut Siagian yang dikutip oleh Dr. H. Edy
Sutrisno,M.Si dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, manfaat disiplin
kerja, yaitu:
1)
Tingginya rasa
kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan
2)
Tingginya
semangat dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melakukan pekerjaan
3)
Besarnya rasa
tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya
4)
Berkembangnya
rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan
5)
Meningkatkan
efesiensi dan prduktivitas kerja para karyawan[7]
c.
Pendekatan
Disiplin Kerja
Menurut
Mangkunegara ada tiga pendekatan disiplin kerja, yaitu:
1)
Pendekatan
Disiplin Modern
Pendekatan
disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar
hukum. Pendekatan berasumsi:
a)
Disiplin modern
merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik
b)
Melindungi
tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlaku
c)
Keputusan-keputusan
yang semaunya terhadap kesalahan prasangka harus diperbaruhi dengan mengadakan
proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya
d)
Melakukan protes
terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin
2)
Pendekatan
Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan
disiplin dengan tradisi yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan
hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a)
Disiplin
dilakukan oleh atas kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali
bila telah diputuskan
b)
Disiplin adalah
hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat
pelanggarannya
c)
Pengaruh hukuman
untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada pegawai lainnya
d)
Peningkatan
perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras
e)
Pemberian
hukuman terhadap pegawai yag melanggar kedua kalinya harus diberi hukuman yang
lebih berat
3)
Pendekatan
Disiplin Bertujuan
Pendekatan
disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a)
Disiplin kerja
harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
b)
Disiplin
bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku
c)
Disiplin
ditujukan untuk perubahan perilaku yag lebih baik[8]
3.
Pentingnya dan Indikator Kedisiplinan
a.
Pentingnya
Kedisiplinan
Kedisiplinan
adalah fungsi operatif ke enam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan
merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin
karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang
optimal.
Disiplin
yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat . Oleh karena itu,
setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang
baik. Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika bawahannya
berdisiplin baik. untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik
adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
Kesadaran
adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar
akan tugas dan tanggung jawabnnya. Jadi, jika ia mematuhi/ mengerjakan semua
tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.
Kesediaan
adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan
peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak.
Jadi,
seseorang akan bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan
tugas-tugasnya baik secara sukarela maupun karena terpaksa. kedisiplinan
diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya,
mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan
dan norma-norma sosial yang berlaku.
Peraturan
sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam
menciptakan tata tertib yang baik diperusahaan. Dengan tata tertib yang baik,
semangat kerja, moral kerja, efesiensi, dan efektivitas kerja karyawan akan
meningkat. Hal ini karena akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Jelasnya perusahaan sulit mencapai tujuannya, jika
karyawan tidak mematuhi peraturan-peraturan perusahaan tersebut kedisiplinan
suatu perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan menaati
peraturan-peraturan yang ada.
Hukuman
diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya menaati
peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus adil dan tegas terhadap semua
karyawan. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan
tercapai. Peraturan tanpa dibarengi pemberian hukuman yang tegas bagi
pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi karyawan. Kedisiplinan harus
ditegakkan dalam suatu organisas perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan
yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.
b.
Indikator-Indikator
Kedisiplinan
Pada
dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu
organisasi, diantarnya:
1)
Tujuan dan
kemampuan
Tujuan
dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan
pada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia
bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
Akan
tetapi, jika pekerjaan itu di luar kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya
maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Misalnya pekerjaan untuk
sarjana ditugaskan bagi karyawan yang berpendidikan SMU. Jelas karyawan
bersangkutan kurang berdisiplin dalam melaksanakan pekerjaan itu. Di sinilah
letak pentingnya atas the right man in
teh place and the right man in the right
job.
2)
Teladan pimpinan
Teladan
Pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan
dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh
yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan.
Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahanpun akan baik. Jika
teladan pimpinan kurang baik, (kurang berdisiplin), para bawahanpun akan kurang
disiplin.
Pimpinan
jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang
disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan
diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai
kedisiplinan yang baik agar bawahanpun mempunyai disiplin yang baik pula.
Pepata
lama mengatakan kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari, atau pepatah
batak singkam batang na singkam tunas na atau harimau tidak mungkin beranak
domba.
3)
Balas jasa
Balas
jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap
pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
Untuk
mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus memberikan balas
jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas
jasa mereka terima kurang memuaskan memenuhi kebutuhan hidupnya beserta
keluarganya.
Jadi,
Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya
semakin besar balas jasa maka semakin baik kedisiplinan karyawan. . Sebaliknya
apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit
untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan
baik.
4)
Keadilan
Keadilan
ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia
yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia
lainnya.
Keadilan
yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (penguatan) atau
hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer
cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya.
Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi,
keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya
kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.
5)
Waskat
Waskat
(pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan
langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar
dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Wasket
efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa
mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari
atasannya.
Dengan
waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan
setiap individu bawahannya. sehingga konduite setiap bawahan dinilai objektif.
Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetap
juga harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan
tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat. Dengan sistem yang baik akan
tercipta internal kontrol yang dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dan mendukung
kedisiplinan serta moral kerja karyawan.
Jadi,waskat
menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Waskat
adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengatahui kesalahan,
membetulkan kesalahan, memelihara, kedisiplinan,meningkatkan prestasi kerja,
mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang
paling efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam
mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
6)
Sanksi hukuman
Sanksi
hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi
hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar
peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan
berkurang.
Berat/ringannya
sanksi hukuman yang akan ditetapkan ikut memepengaruhi baik/buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan
logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan.
Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya
hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi hukuman
hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik,
dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7)
Ketegasan
Ketegasan
pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan
perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan
yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan
yang berani bertindak tegas menetapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner
akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian,
pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya
apabila soorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang
indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan
sikap indisipliner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa
peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi. Pimpinan yang tidak tegas
menindak atau menghukum karyawan yang melanggar peraturan, sebaiknya tidak usah
membuat peraturan atau tata tertib pada perusahaan tersebut.
8)
Hubungan Kemanusiaan
Hubungan
kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan
kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat
vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship. direct
group relationship, dan Cross relationship hendaknya harmonis.
Manajer
harus berusaha menciptakan suasana hubungan kamnusiaan yang serasi serta
mengikat, vertikal maupul horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya
human relationship yang serasi akan
mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini karena motivasi
kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan
tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik. [9]
4.
Langkah-Langkah untuk Peningkatan Disiplin Kerja
Penegakan
disiplin kerja tidak bisa diserahkan kepada karyawan semata-mata. Untuk itulah
perusahaan mempunyai langkah-langkah dalam meningkatkan kerja para karyawannya.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1)
Menciptakan
peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan oleh para karyawan
2)
Menciptakan dan memberi sanksi-sanksi bagi pelanggar
disiplin
3)
Melakukan
pembinaan disiplin melalui pelatihan-pelatihan kedisiplinan yang terus menerus
Di
dalam suatu perusahaan bentuk disiplin kerja yang tidak baik akan tergambar pada
suasana:
1)
Tinggingya angka
kemangkiran (absensi) karyawan
2)
Sering
terlambatnya karyawan masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam yang sudah
ditentukan
3)
Menurunya
semangat dan gairah kerja
4)
Berkembangnya
rasa tidak puas, saling curiga, dan saling melempar tanggung jawab
5)
Penyelesaian
pekerjaan yang lebih lambat, karena karyawan lebih senang mengobrol dari pada
bekerja[10]
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Disiplin berasal
dari kata “disciple” yang artinya
pengikut atau penganut. Pada kenyataan banyak peraturan organisasi yang harus
ditaati apabila seorang karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya,
berarti salah satu kedisiplinan yang tinggi tidak bisa dilihat hanya dari salah
satu faktor saja. Kedisiplinan dapat ditegakkan apabila sebagian dari
peraturan-peraturan ditaati oleh sebagian besar karyawan. Kedisiplinan adalah
fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur/mengetahui
apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan
baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan bahwa
fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya
jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM
pada perusahaan kurang baik
B.
Saran
Dalam perusahaan sangat penting
menerapkan kedisiplinan dalam bekerja, maka dari itu pegawai harus menggunakan
aturan-aturan yang berlaku di organisasi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Siagian,Sondang
P.Manajemen Sumberdaya Manusia.Ed.Cet.23;Jakarta:
Bumi Aksara.2015
Mangkunegara,AA.
Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan.Bandung: Remaja Rosdakarya.2008
Sutrisno,
Edy.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet.3;Jakarta:Kencana
Prenada Media Group.2011
Hasibuan,Malayu
S.P.Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet.18;Jakarta:Bumi
aksara.2014
Wirawan.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia:Teori, Aplikasi,
dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.2009
[1]Sondang P. Siagian, Manajemen Sumberdaya Manusia,
Jakarta:Bumi Aksara,2008.,h.305
[2]AA. Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: Remaja Rosdakarya,2008.,h.208
[3]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Cet.9;Jakarta:Bumi Aksara,2007).,h.193
[4]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Cet.18;Jakarta:Bumi Aksara,2014).,h.198
[5]Sondang P. Siagian, Manajemen Sumberdaya Manusia, Ed.1 (Cet.23;Jakarta:Bumi
Aksara,2015).,h.304-307
[6]Wirawan,Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia:Teori,
Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta: Salemba Empat,2009., h.138-139
[7]Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Cet.3;Jakarta:Kencana
Prenada Media Group,2011).,h.86
[8]AA. Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: Remaja Rosdakarya,2008.,h.130-131
[9]Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Cet.18;Jakarta:Bumi
aksara,2014).,h. 193-198
[10]Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Cet.3;Jakarta:Kencana
Prenada Media Group,2011).,h.82
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin admin
BalasHapusThankyouuu
BalasHapuscasino slot machine games - DrmCD
BalasHapusSlots, poker, blackjack, roulette, keno 경기도 출장샵 and many more 세종특별자치 출장안마 · There are a few 진주 출장마사지 big names in 청주 출장안마 the 김해 출장마사지 casino who make it on your lists · There are also big names in the casino who